Senin, 04 Januari 2016

Ketika 'Mantan' Nanya Kabar

Apa jadinya jika 'Mantan'  nanyain kabar kamu?

Mantan, sebuah kata sederhana yang menurut gue punya kemampuan magic, kata ini mampu menciptakan atmosfir Baper secara tiba-tiba (beberapa di antara kalian mungkin akan berubah menjadi choco crunch yang jatuh di ladang gandum) ,  selain itu kata ini juga dapat menciptakan lingkaran kenangan yang indah (pada awalnya) di kepala kita,  kenangan yang muncul kebanyakan tentang kegiatan indah yang pernah di lakukan bersama si 'Mantan'  ini dan semakin dalam memori kita,  maka semakin sakit juga saat kita sadar semua hal indah itu sudah berakhir. Pada akhirnya kita hanya akan tersadar bahwa saat ini semua sudah berubah,  menjadi sebuah Mantan.

Gue yakin banyak dari kita yang pernah ngerasain gimana rasanya kehilangan orang yang kita cinta, lalu pada suatu hari, saat tukang bubur sedang laris-larisnya, dia menghubungi kita dan nanya gimana kabar kita. Hal ini juga terjadi dengan gue,  bedanya adalah dia bukan pacar gue. Tapi bagi gue,  makna dari kata 'Mantan'  ini bukan sekedar bekas pacar yang kemudian putus. Bagi gue 'Mantan'  itu lebih ke orang atau sesuatu yang pernah memberikan kesan mendalam terhadap kehidupan gue,  yang pada efek tertentu mampu menimbulkan rasa sayang dan kehilangan.

'Mantan' gue ini ceweknya asik,  tutur katanya juga seru,  agak sedikit manja dan sensitif.  Dulu kita pernah saling suka,  tapi tak satupun baik gue atau dia yang mau nyatain perasaan A. K. A Nembak. Gue tau disini mungkin gue yang salah. Gue waktu itu engga ngasih dia kejelasan mau dibawa kemana hubungan kita. Karena gue tau ada beberapa hal yang sulit untuk gue jelasin mengenai situasi gue saat itu. Alhasil lama kalamaan dia mulai lelah dan bosan dengan keabsurdan hubungan seperti itu dan pada akhirnya dia menemukan another guy.

Dari situ kita mulai jarang ngasih kabar,  kemudian lost contact, di sekolah pun kita mulai saling memalingkan wajah,  saling menghindar.  Yah meskipun sebenernya gue tidak mau melakukan hal kaya gitu tapi gue berusaha menghargai keinginannya dengan melakukan apa yang dia lakukan. Seperti seorang pencuri sandal,  mereka mencuri sandal bukan karena mereka tidak punya sandal,  mereka mungkin hanya lapar.

Tidak butuh waktu lama hingga akhirnya gue denger rumor kalo mereka jadian,  Well congratulation,  you must be happy right now.

Kadang saat situasi mulai berubah, yang kamu bisa lakukan hanyalah mendengar bisikan rumor dengan samar.

Waktu pun berjalan lama,  mungkin more than a year, hingga pada satu waktu yang tidak terduga dia nanyain kabar gue lewat salah satu Social Network, and that was shocked me.
Hal yang dia lakuin itu bikin kita ngobrol lagi untuk beberapa saat.

Entah cuma gue atau kita juga mikirin hal yang sama.  Berpikir tentang betapa canggung nya kita,  seakan ingin terus berbicara dan mengatakan banyak hal, saling bertanya,  saling menjawab, namun seakan ada semacam perasaan aneh yang mencegah kita (gue)  ngelakuin hal itu, mungkin gue berusaha menghargai status dia saat ini,  atau mungkin gue takut, takut melukai dia lebih dalam.
Pada saat bersamaan,  ingatan-ingatan gue  tentang dia mulai kembali bermunculan,  awalnya hanya sebuah serpihan kecil,  lama kelamaan kian berkumpul membentuk sepotong memori yang begitu besar.
Tak jarang memori itu membawa kita ke dimensi lain dimana kita merasa bahwa dia bukanlah seorang mantan dan masih tetap milik kita.

Pada akhirnya saat mantan nanyain kabarkita hanya akan mengatakan 'baik-baik aja' seburuk apapun keadaan kita yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentar sesuai artikel. Semua kebijakan berada di tangan admin dan tidak bisa di ganggu gugat.